Sedia benih unggul bersertifikat ex BPTH Jawa Madura ( Balai Pembenihan Tanaman Kehutanan ) Departemen Kehutanan , untuk Program KBR ( Kebun Bibit Rakyat ) : sengon ( Paraserianthes falcattaria ) , Jati Unggul ( Tectona grandis ) , jati putih ( Gmelina arborea,Roxb ).
Kami menyediakan bibit jati provenan Kepulauan Solomon kultur jaringan , harga Rp. 15.000 / batang . Minimal pengambilan 500 batang , belum ongkos kirim. Lokasi di Semarang. Hubungi :
Rudy 0858 66 231 777
multivalentprima@gmail.com
Berikut perbedaan postur / anatomi daun antara jati unggul / jati genjah dengan jati provenan solomon.
Dengan total biaya selama 9 tahun Rp. 51.000.000 /hektar , hasilkan lebih dari Rp. 3 Milyar per hektar. Kalkulasi bisnis ada di bagian bawah. Bisa tumpangsari dengan kapulaga untuk meringankan cash - flow.
Salah satu alternatif investasi perkebunan yang paling menarik adalah jati prov. kepulauan solomon. Karena , secara fakta lapangan , pertumbuhannya jauh lebih cepat dari jati Unggul A ataupun Jati Genjah B. Hanya saja , untuk jati unggul , kelas kayunya memiliki range A – C ( tergantung lokasi tanam , makin kering , tinggi kadar kapur makin tinggi kelasnya , misalnya di Cepu ) , jati Mas ( B – C ) , Jati Kep.Solomon juga memiliki range kelas kayu B – C. Hanya saja , makin cepat pertumbuhan kayu , makin jauh jarak lingkaran tahunnya. Coba bandingkan seratnya pada gambar berikut ini.
Lahan Pengembangan yang Cocok
Pengembangan tanaman jati untuk skala luas dan profesional perlu direncanaan secara matang yang didahului dengan berbagai pengamatan meliputi letak lahan (topografi), kondisi ekologis, iklim, dan kesuburan lahan (struktur dan tekstur). Untuk tujuan tersebut, persyaratan tumbuh optimal tanaman jati dengan memperhatikan parameter iklim dan lahan dapat diprediksi berdasarkan asumsi sebagai berikut.
1. Secara teknis, letak lokasi erat hubungannya dengan kondisi topografi, kualitas lahan, serta kesesuaian lingkungan tempat tumbuh. Untuk tujuan tersebut, kesesuaian tumbuh dapat dilakukan dengan mempelajari pendekatan kondisi endemik asal-usul tempat tumbuh tanaman jati yang akan dikembangkan. Untuk tumbuhan jati jenis Tectona grandis dapat dipelajari dari letak dan kondisi lahan pertumbuhan jati di Kepulauan Solomon.
2. Pemilihan lahan pengembangan dapat pula dengan memperhatikan tingkat keberhasilan tumbuh serta kualitas produk kayu yang dihasilkan di daerah pengembangan. Sebagai contoh, tanaman jati tumbuh dengan baik dan menghasilkan kayu yang berkualitas di Pulau Jawa, Kangean, Muna, Bali.
3. Untuk pengembangan di luar daerah tersebut, idealnya didasarkan atas hasil uji kesesuaian (provenace) tempat tumbuh dengan memperhatikan parameter-parameter standar ekologis. Sebagai gambaran, aspek ekologis menyangkut letak, iklim, dan kondisi areal. Tanaman jati idealnya ditanam di areal dengan topografi yang relatif datar (hutan dataran rendah , di bawah 1000 m dpl ) atau memiliki kemiringan lereng < 20%. Adapun aspek ekologis yang menyang¬kut iklim dan kondisi areal diuraikan sebagai berikut.
A. Iklim
Secara umum, tanaman jati membutuhkan iklim dengan curah hujan minimum 750 mm/th, optimum 1000—1500 mm/th, dan maksimum 2500 mm/th (walaupun demikian, jati masih dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 3750 mm/th). Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 13—17° C dan maksimum 39—43° C. Pada suhu optimal, 32—42° C, tanaman jati akan menghasilkan kualitas kayu yang baik. Adapun kondisi kelembaban lingkungan tanaman jati yang optimal sekitar 80% untuk fase vegetatif dan antara 60—70% untuk fase generatif.
Curah hujan secara fisik dan fisiologis berpengaruh terhadap sifat gugurnya daun deciduous dan kualitas produk kayu. Di dae¬rah dengan musim kemarau panjang, jati akan menggugurkan daunnya dan lingkaran tahun yang terbentuk tampak artistik. Kayu jati ini memiliki teras yang lebih kuat sehingga dikelompokkan dalam jenis kayu mewah (fancy wood] atau kelas I. Jati seperti ini banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah (Cepu, Jepara) dan Jawa Timur (Bondowoso, Situbondo). Pada daerah yang sering turun hujan atau curah hujannya tinggi (> 1500 mm/th), jati tidak menggugurkan daun dan lingkaran tahun kurang menarik sehing¬ga produk kayunya tergolong kelas II—III, misalnya jati yang di¬tanam di Sukabumi—Jawa Barat (curah hujan > 2500 mm/th).
B. Lahan
Secara geologis, tanaman jati tumbuh di tanah dengan batuan induk berasal dari formasi limestone, granite, gneis, mica schist, saandstone, quartzite, conglomerate, shale, dan clay. Pertanaman jati akan tumbuh lebih baik pada lahan dengan kondisi fraksi lem-pung, lempung berpasir, atau pada lahan liat berpasir. Sesuai sifat fisiologis untuk menghasilkan pertumbuhan optimal, jati memerlukan kondisi solum lahan yang dalam dan keasaman tanah (pH) optimum sekitar 6,0. Namun, ada kasus pada beberapa kawasan pertanaman jati dengan tingkat pH rendah (4—5), dijumpai ta¬naman jati dengan pertumbuhan yang baik. Karena tanaman jati sensitif terhadap rendahnya nilai pertukaran oksigen dalam tanah maka pada lahan yang berporositas dan memiliki drainase baik akan menghasilkan pertumbuhan baik pula karena akar akan mudah menyerap unsur hara.
Kondisi kesuburan lahan juga akan berpengaruh terhadap perilaku fisiologis tanaman yang ditunjukan oleh perkembangan riap tumbuh (T-tinggi dan D-diameter). Unsur kimia pokok (macro element] yang penting dalam mendukung pertumbuhan jati yairu sebagai berikut.
1) Kalsium (Ca)
Hara kalsium merupakan unsur penting yang mendukung pertumbuhan meristem batang dan merupakan elemen pemben-tukan dinding sel. Kandungan unsur Ca dalam tanah sering menjadi kendala dalam menentukan areal pengembangan tanaman jati. Tanaman jati yang ditanam di lahan dengan kandungan Ca rendah (8,18—9,27%) menunjukan pertumbuhan yang kurang menguntungkan. Hal ini bisa diatasi dengan penggunaan dolomit & kapur pertanian.
2) Fosfor (P)
Kandungan fosfor (P) juga merupakan unsur penting bagi pertumbuhan tanaman jati. Kandungan optimum unsur P antara 0,022—0,108% atau 19—135 mg/100 g tanah. Secara fisiologis, kandungan P akan sangat sensitif dalam defisiensi unsur. Artinya, lahan yang sangat kekurangan unsur P akan tampak pada per¬tumbuhan jati. Daun jati akan cepat gugur sehingga fotosintesa terganggu, akibatnya pertumbuhan menjadi lambat. Penggunaan pupuk TX-777 yang mengandung biakan bakteri Fosfat akan sangat menguntungkan.
3) Kalium (K)
Unsur potasium atau kalium yang dibutuhkan oleh tanaman jati pada lahan permukaan (top soft) berkisar 0,54—1,80% (45— 625 ppm/100 g) dan pada lahan di bawahnya (under top soil) antara 0,40—1,13% (113—647 ppm/100 g).
4) Nitrogen (N)
Unsur nitrogen (N) merupakan elemen hara yang penting dalam proses pertumbuhan tanaman jati. Kandungan N yang dibutuhkan tanaman jati pada lahan permukaan (top soil) antara 0,13—0,072% dan pada lahan di bawahnya dengan ketebalan hingga 1 meter antara 0,0056—0,05%. Sedangkan rataan N yang dibutuhkan oleh tanaman jati sekitar 0,0039%. Pada areal per-bukitan, kandungan N di lapisan atas sekitar 0,034% dan lahan di bawahnya antara 0,038—0,039%. Untuk kebutuhan Kalium dan Nitrogen ini juga akan ditopang oleh mikroba penyubur tanah yang ada di dalam biakan TX – 777.
Sumber hara pada hutan jati alam ditentukan oleh potensi dan kapasitas bahan organik dari serasah hutan serta tingkat kecepatan proses fermentasi litter yang jatuh (humufikasi). Dalam kenyataan di lapang menunjukan bahwa dengan rataan kapasitas serasah pada tanaman jati berumur 38 tahun diperoleh sekitar 973 kg/ha/tahun. Dengan kapasitas tersebut, serasah mampu mengha¬silkan kadar Ca 370 kg/ha, N 331 kg/ha, K 128 kg/ha,'unsur P dan Mg sekitar 108 kg/ha.
Secara umum, siklus hara tersebut sangat ditentukan oleh kondisi ekosistem setempat. Misalnya kasus di wilayah hutan endemik dari jenis Tectona grandis, dengan kapasitas 775 pohon/ha dan berumur 18 tahun dihasilkan kadar N 166 kg/ha, P 9,2 kg/ha, dan K 89 kg/ha. Hasil tersebut relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan serasah yang dihasilkan dari tanaman Eucalyptus spp., Dalbergia spp., ataupun Pinus spp., yang hanya mampu menghasilkan hara antara 64—67%.
Pada lahan hutan jati alam, kapasitas bahan organik (humus) yang tersedia antara 1,87—5,5% berada di permukaan dan 0,17—1,90% berada sekitar 100 cm di bawah permukaan. Rendahnya nilai kapasitas bahan organik pada lahan jati akan menu-runkan tingkat kecepatan tanaman dalam membentuk perakaran. Terdapat hubungan antara kapasitas hara makro dengan tingkat kecepatan pembentukan akar yang berdampak positif terhadap pertumbuhan riap tanaman jati. Tanaman yang berkembang pada lahan dengan kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) yang optimal akan mempunyai perakaran yang baik sehingga proses penyerapan hara semakin cepat dan kemampuan pohon untuk menghasilkan produksi pun semakin tinggi.
Dengan memperhatikan beberapa aspek persyataran tumbuh yang dikehendaki oleh tanaman jati, maka ada beberapa daerah yang kemungkinan cocok sebagai daerah pengembangan. Daerah tersebut yaitu wilayah Timur Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali Timur, dan Nusa Tenggara.
Hama di areal pertanaman
Jenis hama yang menyerang areal pertana daerah dan organ yang diserang sebagai berikut.
(1) Hama yang menyerang daun
Hama yang menyerang daun ada sekitar 139 jenis. Jenis yang berasal dari kelompok Coleoptera ada 41 jenis, Lepidoptera 80 jenis, dan Orthoptera 18 jenis. Jenis hama penting yang perlu diperhatikan yaitu Eutectona machaerallis (Lepidoptera: Pyralidae) dan Hyblaea puera (Lepidotera: Hyblaeidae). Tanda-tanda serangan maupun cara pengendaliannya sama dengan tanda-tanda maupun pengendalian hama di pesemaian.
Beberapa jenis hama yang menyerang daun di malam hari di antaranya Colasposoma asperatum, C. downesi, Nodostoma sp.,Sebaethe sp., Astycus sp., Crinorrhinus sp., Adorectus sp., dan Apogonia sp. Hama-hama tersebut memakan daun jati (daging daun) sehingga daun hanya tinggal kerangka saja.
Salah satu upaya untuk pencegahan yaitu dengan cara biologis. Areal pertanaman jati perlu didiversifikasi dengan jenis tumbuhan lain untuk mengalihkan pola konsumsi hama pemakan daun. Beberapa jenis tanaman yang dapat ditanam yaitu Calicarpa arborea, C. cana. C. macrophylla, Tectona hamlitoniana, Vitex spp., Bignonia spp., dan Heterophragma spp. Salah satu pilihan yang terbaik adalah dengan penanaman mimba (Azadirachta indica ).( Kami menyediakan bibit mimba ).Serangan hama yang menyerang daun dapat dikendalikan dengan dilakukan penyemprotan insektisida Malathion 0,05%.
fibij'
(2) Hama yang menyerang batang
Batang jati tidak luput dari serangan hama penggerek batang seperti Cossus cadambae, Endoclita chalybeata, Idarbela quadrinotata, Sahyadrassus malabaricus (Lepidoptera: Cossidaej Hepialdae), dan Dihammus cervicus (Coleoptera: Cerambycidae). Sedangkan jenis insekta yang sering menimbulkan gall (kanker) yaitu Asphondylia tectonae (Diptera: Itonididae), Anoplocnemis taistator, Icerya formicarum, Laccifer lacca, Planococcus sp., dan Perisopneumon sp. (Homoptera: Lacciferidae).
Gejala penyakit kanker muncul setelah 3—4 tahun, bahkan ada yang 7 tahun, setelah terjadi serangan. Gejala yang tempak antara lain batang membengkak dan berlubang-lubang, serta warna kulit batang berubah menjadi cokelat kehitaman akibat keluarnya lendir. Kualitas kayu dari tanaman yang terserang akan turun sehingga nilai jualnya pun turun.
Hadimya hama penyebab kanker diusahakan dicegah karena dapat menurunkan kualitas kayu. Cara pencegahannya antara lain
• mengupayakan penjarangan secara dini,
• tidak menanam jati di areal yang bercurah hujan di atas 2000 mm per tahun,
• membersihkan gulma secara periodik untuk menurunkan tingkat kelembapan lahan dan lingkungan.
Tindakan pemberantasan dapat diupayakan dengan penyemprotan insektisida sistemik. Apabila diketahui ada yang terserang, pohon tersebut segera ditebang.
Walaupun tidak tahan terhadap serangan hama di atas, tanaman jati secara fisik sesuai kondisi pohon (baik basah maupun kering) memiliki daya tahan terhadap gangguan hama sejenis rayap. Keadaan ini dikarenakan batang jati mengandung fenolic acid berupa asiri tectoquinone (anthroquinone) yang mampu memproteksi gangguan.
Penanaman Mimba (Azadirachta indica) di lahan di antara tanaman jati akan menjadi penjaga alami bagi tanaman jati. Karena hama perusak yang mendarat secara acak di tanaman mimba akan mengalami kemandulan hingga kematian dalam 1 x 24 jam pada saat hama ini melakukan pola perusakan yang sama terhadap tanaman mimba.
Keterangan lengkap ada di sini : ( silakan di klik )
http://www.worldagroforestrycentre.org/Sea/Publications/files/leaflet/LE0016-04.pdf
Kami menyediakan bibit mimba untuk mengamankan kebun Anda dari serangan hama.
www.bibitmimba.blogspot.com
Bibit Jati Provenan Kepulauan Solomon Kultur Jaringan
Labels:
bibit,
gmelina,
jaringan,
jati,
jati putih,
kbr,
kebun bibit rakyat,
kultur,
program,
rudy krisbiantoro,
sertifikat,
solomon,
unggul